Kerap Dikaitkan dengan Jaringan Terorisme


DENSUS 88 Antiteror pun diinformasikan sudah melakukan penelusuran di desa ini paska teror bom bunuh diri di Hotel JW Marriott dan Ritz Carlton di kawasan Mega Kuningan, Jakarta.
Salah satu pondok pesantren yang menjadi pusat perhatian adalah pondok pesantren Islam Al Muslimin. Pondok pesantren yang terletak di tengah pemukiman ini sebenarnya terhitung pondok pesantren kecil, dengan jumlah santri hanya sekitar 40 orang.
Namun, setiap kali ada aksi teror bom, perhatian akan tertuju ke pondok pesantren yang sudah dirintis sejak tahun 1985 ini. Maklum, pada tahun 2005, seorang warga setempat yang rumahnya tak jauh dari pondok pesantren ini, Kamal Yulianto (25), ditangkap tim Densus 88 antiteror.
Sekretaris Desa Rowoyoso, Yudi Tardi, kemarin, menuturkan, masyarakat sekitar menilai ajaran di pondok pesantren itu berbeda dengan ajaran agama Islam seperti kebanyakan. Bahkan, dia mengaku pernah melihat santri pondok pesantren itu berlatih perang-perangan.

"Saya pernah melihat anak-anak kecil berlatih perang-perangan, namun itu dahulu. Sekarang sudah tidak lagi. Ajarannya pun berbeda dengan orang kebanyakan, seperti dalam masalah salat dan lain-lainnya," terang dia.
Pengurus pondok pesantren Al Muslimin, Ustad Abdul Hamid, mengaku ajaran di pondok pesantren Al Muslimin berpegang pada Al Quran dan Hadist atau berpegang pada ajaran ahlus sunnah wal jamaah. Pondok pesantren tidak pernah mengajarkan terorisme dan tidak pernah melakukan latihan semi militer.
"Pondok pesantren ini bersifat terbuka. Ustad dan santrinya juga orang-orang lokal. Ajaran kami sepenuhnya berpegang pada Al Quran dan hadist. Bahkan sejak tahun 2008, kami membuka MI dan program kejar paket dengan bekerja sama dengan Dinas Pendidikan," ujar dia.
Dikatakan, paska aksi bom bunuh diri di Jakarta, banyak orang-orang asing yang mendatangi pondok pesantren untuk mencari informasi. Menurutnya, ada pihak-pihak tertentu yang merasa tidak senang dengan keberadaan pondok pesantren yang diasuhnya, dengan menghembuskan isu tidak sedap, seperti terorisme.
"Memang ada orang yang memojokkan pondok pesantren kami. Saya sendiri kerap mendapatkan teror. Paska bom bunuh diri, densus 88 belum datang ke sini. Saya mengutuk setiap aksi teror, sebab itu sangat kejam dan tidak sesuai dengan ajaran Islam. Kamal sendiri sebenarnya bukan santri di sini. Kebetulan, ia menikah dengan warga sini dan menetap di Desa Rowoyoso," ujar dia.
Berdasarkan pengamatan Radar paska tragedi bom di Jakarta belum lama ini, sejumlah aparat polisi, terutama intel, nampak berseliweran di Desa Rowoyoso. Sempat berhembus informasi jika Densus 88 sudah masuk ke Desa Rowoyoso.
Bahkan, beredar informasi di kalangan wartawan jika kurir bom di Jakarta adalah orang Pemalang atau Pekalongan. Namun, pihak kepolisian mengaku belum mengetahui kebenaran informasi tersebut. (*)

By Kuswandi from Rowoyoso,Pekalongan

Source : www.Radar-Pekalongan.com


Subscribe: Add Save Our Forests 4 Future to your favorite RSS Reader
Add to Google Reader or Homepage Subscribe in NewsGator Online Subscribe in Bloglines Add to My AOL

Related Posts



0 comments:

Post a Comment

Friends

Labels

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani